Setelah 2 Tahun Pandemi, Aku Terkonfirmasi Positif Covid 19




Di minggu-minggu akhir Juli, berita tentang peningkatan kasus positif Covid 19 semakin merebak. Jujur, aku tidak terlalu mengikuti lagi berita tentang Covid di televisi maupun di berita online. Lebih tepatnya, aku berusaha menghindari membaca berita-berita Covid. Demi kesehatan mentalku.

Munculnya berita dari sekitar tentang adanya kasus positif Covid di beberapa sekolah di Yogya, bahkan ada sebuah SMA yang mulai belajar secara daring lagi. Aku yang bekerja di sekolah dengan murid-murid usia dini, tentu saja diam-diam mulai was-was. Mengingat ketika awal tahun ini Omicron muncul, ada beberapa kasus positif di sekolah.

Di minggu terakhir Juli, salah satu keluarga beda rumah menunjukkan gejala sakit. Lanjut bapak yang kemudian juga sakit. Gejalanya? Demam, batuk, pilek seperti flu dan tenggorokan sakit. Biasanya kalau flu biasa, sehari minum obat, gejala berkurang. Tapi tidak kali ini. Bapak lebih banyak tidur. Aku sudah mulai gelisah. Namun aku masih yakin, kalau aku kuat. 

Hari Sabtu, 30 Juli, hari libur, pagi aku masih melakukan kegiatan di rumah seperti biasa. Aku malah semangat sedikit beres-beres kamarku. Barulah Sabtu sore, tenggorokan mulai nggak enak. Kupikir karena efek aku bebersih rumah. Maklum aku punya alergi debu dan dingin. Kadang-kadang setelah bersih-bersih tempat atau barang berdebu mulailah bersin-bersin dan batuk, bahkan sampai agak sesak nafas. Semakin malam tenggorokan semakin sakit banget, kering, waktu buat nelan air putih rasanya perih. Mulai batuk-batuk juga karena tenggorokan rasanya gatel banget. 

Hari Minggu, aku mulai demam, antara 37,5-38,5. Hari itu aku mulai minum obat turun panas. Senin yang harusnya kerja, aku minta ijin untuk istirahat di rumah dan melakukan rapid test antigen (swab  antigen). Hasilnya? Seperti yang sudah kuduga: Positif.

Setelah dua tahun berlalu, virus Covid 19 bermutasi dengan berbagai nama dan gejala, Delta, Omicron, Omicron BA.4 dan BA.5, Omicron BA.2,75 atau Centaurus. Ketika aktivitas sudah mulai kembali berjalan normal, aku pun merasakan gimana virus yang dibawa  dari belahan dunia lain ini menyerangku.

Untuk gejala-gejala Covid 19, tentu sebagian besar sudah diketahui, antara lain:

  • Demam
  • Batuk
  • Sakit kepala
  • Pilek
  • Hidung tersumbat
  • Sakit tenggorokan
  • Sesak nafas
  • Mual
  • Diare
  • Nyeri otot 
  • Kelelahan
  • Hilang indera penciuman (anosmia)


Oh ya, aku sempat menelusur di internet, untuk mencari ciri-ciri gejala Covid 19 yang terbaru, yaitu Omicron BA. 2.75 atau Centaurus, memiliki waktu penularan yang cepat, masa inkubasi 1 sampai 3 hari. Ciri-ciri yang muncul antara lain:

  • Sakit tenggorokan
  • Hidung tersumbat
  • Batuk kering


Don't be panic! 

Beruntung, sejak dinyatakan positif Covid, selama isoman di rumah, aku tidak mengalami gejala sakit yang berarti.  Tanpa mengesampingkan mereka yang pernah merasakan bagaimana sakitnya virus ini menyerang tubuh mereka dengan gejala berat bahkan ada yang harus kehilangan anggota keluarganya. 

Mungkin ini efek dari vaksin yang sudah aku rasakan sampai vaksin ketiga (Boster) sehingga imun tubuh kami sudah terbentuk. Secara keseluruhan, gejala Covid 19 yang kami alami memang seperti flu saja. Selain minum obat turun panas saat gejala awal, aku hanya minum vitamin C, B, selama beberapa hari.

Sebelum-sebelumnya, ketika keluarga lain atau rekan kerja yang kena, justru aku yang kadang malah overthinking. Kuatir akan banyak hal. Antara lain menghindari kontak agar tidak ikut terpapar. Sedangkan ketika kasus terjadi di tempat kerja, aku harus mengupayakan untuk melakukan tracing dan melakukan prosedur-prosedur lain sesuai standar.

Pada akhirnya, ketika aku yang mengalaminya, aku memilih berdamai dengan keadaan ini. Yo wis lah. Lha, mau gimana lagi? Jalani saja masa isoman untuk kesembuhan diri dan kebaikan orang-orang di sekitar kita. 

Aku melakukan swab antigen kembali setelah 5 hari dari swab test pertama (7 hari sejak gejala awal). Thanks God! Hasil swab antigenku sudah negatif.

Semoga segalanya semakin membaik. Semoga kita selalu diberi kesehatan. 

Di mana pun tetap selalu jaga protokol kesehatan. Kita juga perlu mengukur kondisi diri sendiri. Ketika sedang merasa sakit, untuk segera beristirahat. 

Hidup terus berjalan. Seperti yang sudah sering orang-orang bilang, akhirnya pandemi menjadi endemi. 


Komentar