[Review Buku] Rapijali #2 Menjadi, Novel Remaja Bertema Musik Karya Dee Lestari

 

Rapijali 2: Menjadi (Dee Lestari)

Judul buku:  Rapijali 2 : Menjadi

Penulis: Dee Lestari

 Penerbit : Bentang Pustaka

Cetakan 1: Juli 2021

Tebal: xvi + 484 hlm


Setelah membaca Rapijali #1: Mencari aku nggak sabar menanti kelanjutan novel ini. Ikutlah antri PO ketika Rapijali 2 ini akan diterbitkan. Aku mendapat paket buku Rapijali 2 dengan surat dari Dee Lestari. Seneng dong, jadi bagian pembacayang dapat surat dari penulis idola.

Biasanya, sebelum membaca buku atau novel, aku pasti akan membaca blur nya dulu. Nah, entah kenapa, saat membaca Rapijali 2 ini, aku sampai lupa membaca blurb. Aku baru sadar ketika sudah setengah buku aku ikuti. Mungkin karena sudah membaca Rapijali 1, jadi blurb nya tidak akan mempengaruhiku. Mungkin juga karena aku pingin menikmati novel ini semengalir mungkin tanpa menebak-nebak dulu maksud dari isi blurb novel ini.

Jika di Rapijali 1, masih seperti pengantar  kisah dan awal konflik  seputar kehidupan Ping, maka di Rapijali 2, semakin terasa keseruan dan ketegangannya. 

Dinamika band Rapijali mendapat porsi banyak, mulai dari interaksi dan persahabatan antara tokoh-tokoh personil Rapijali yang semakin kuat, perjuangan Rapijali dalam mengikuti ajang kompetisi Band Idola  Indonesia, juga momen romantis dan konflik cinta segiempat, yang masih membuat penasaran pembacanya.  Ada momen kocak kalau sudah ada Inggil dan Buto, momen Ping dan Rakai yang bikin baper, momen haru ketemuannya Oding dan Ping.

Selain perjuangan Ping bersama band-nya, kisah Ping dalam memperjuangkan cita-citanya untuk melanjutkan pendidikan sesuai minatnya dalam bermusik juga mewarnai kisah ini.

Dee Lestari membawa pembaca jadi ngerti keseruan dan behind the scene sebuah acara di tv.  Dibumbui fenomena penggunaan medsos, Dee menyajikan pengaruh  instagram dalam konflik  di sini. Terasa relate dengan kondisi sekarang. Kocak deh, gimana Lodeh yang dulu pengamen trus jadi suka hobi uploade video di Youtube.

Lalu soal musik, Dee keren banget mendeskripsikan tentang istilah dalam musik, alat musik. Buat yang awam tentang musik, nambah ilmu deh, pokoknya. Kalau di Aroma Karsa, Dee mengulik tentang kemampuan mencium bau, maka di Rapijali ini giliran kepekaan pendengaran tentang suara. 

Jika sebelumnya, Dee memunculkan lagu-lagu lawas Indonesia, kali ini lirik-lirik puitis khas Dee muncul dalam lagu milik  ciptaan Ping dan Rakai yang dibawakan Rapijali, Rumah yang Baru. 

 

"Mungkinkah alasan mengapa cinta menghilang, menjadi alasan mengapa cinta berpulang.

Bertahan sedikit lagi. Semua yang hilang kita cari di sini..."

(Hlm. 249, lirik dari Rumah yang Baru)

Rapijali 2: Menjadi (Dee Lestari)

Ohya, konflik Ping dengan Guntur juga semakin seru dan menegangkan. Ardi hanya muncul sedikit di sini, namun justru menjadi momen penting dalam kiprah Guntur dalam perjalanannya menuju kursi gubernur. Sebuah rahasia yang membawa titik kritis baik untuk Ping maupun Guntur.


Eh, aku penasaran darimana mbak Dee dapat nama band Dagadu -saingannya Rapijali-. Apakah itu istilah yang familiar buat orang-orang Jogja? 

Buatku sendiri, Rapijali 2 sudah cukup membongkar rahasia demi rahasia yang menjadi pertanyaan Ping sebelumnya. Namun, tentu saja masih banyak menyisakan penasaran buat pembacanya, kemana Dee akan membawa ending dari kisah Rapijali.

Kepada siapa, akhirnya Ping menjatuhkan pilihan hatinya? Bagaimana kisah cinta tokoh-tokoh yang lainnya? Bagaimana selanjutnya kehidupan Ping maupun keluarga Guntur? Juga kelanjutan band Rapijali itu sendiri? Sepertinya, aku harus bersabar menunggu kelanjutannya di Rapijali #3: Kembali.



Aku terkagum-kagum dengan novel Dee sebelumnya Seri Supernova dan Aroma Karsa yang membuat imajinasiku berkeliaran jauh dan butuh usaha ekstra untuk mengikuti ceritanya. Dan bikin aku ngalamin book hangover selama beberapa waktu. Aku membaca santai, butuh waktu 2 malam untuk menyelesaikannya novel hampir 500 halaman tebalnya ini.

Rapijali mengingatkanku pada Perahu Kertas. Cerita bertema remaja, tokohnya memiliki talenta seni,  kisahnya ringan, mengalir namun tetap meninggalkan kesan mendalam. 




Komentar