Hujan di Bulan September

 


September di hari kedua belas. 

Sepertinya musim kemarau baru terasa belum lama. Belakangan ini, aku harus menyiram tanaman setiap sore. Karena kadang-kadang, jika sehari gak disiram, ada tanaman yang mulai layu & kering.  Hari-hari belakangan ini pun cukup terik sebenarnya. Debu-debu beterbangan. Terasa sekali waktu menyapu halaman yang masih berupa tanah.  


Bahkan di bulan-bulan  lalu, yang dalam catatan pelajaran sekolah berada di musim kemarau, ternyata hujan sesekali masih muncul. 

Sementara jika menengok catatan pelajaran IPA, musim hujan berlangsung pada bulan Oktober-Maret sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan April-September.


Namun, entah kenapa, di awal-awal bulan September, hujan sudah mulai kerap mengguyur. Kadang hanya udan tekek (istilah untuk hujan yang datang tapi masih ada sinar matahari), sering juga hujan yang datang cuma sebentar, bress sebentar lalu sudah. Makanya sering orang bilang, udan e mung lewat (hujannya cuma lewat). Ada juga hujan yang cuma rintik-rintik, kayak lagunya Tasya. Tipe Hujan kayak gitu  bikin orang yang punya jemuran jadi gregetan. Hujannya galau. Jadi orang-orang galau. Jemuran nggak diangkat ntar basah. Kalau dah angkat jemuran, eh tiba-tiba matahari muncul. Kan bikin gemes kalau kayak gitu.


 Nah, weekend ini, hujan gak cuma rintik-rintik doang. Tapi udah mulai deras. Bikin tanah merata basah kena air. Bikin tambah adem. Secara ilmiah pasti bisa dijelaskan kenapa hujan di malam minggu kemarin dan minggu siang ini cukup deras. Jadi, bukan karena doa-doa para jomblo supaya malam minggu hujan turun deras, kan?

Bagaimana pun juga, bersyukur untuk hujan di bulan September. Udara jadi segar kembali. Dan yang jelas, nggak harus nyiramin tanaman kalau sudah hujan.

 




Komentar