Review Buku: Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat karya Mark Manson

Buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat


 Judul Buku: Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

Judul Asli: The Subtle Art of Not Giving a Fuck

Penulis: Mark Manson

Editor: Adinto F. Susanto

Alih bahasa: F. Wicakso

Penerbit: Grasindo

Tahun: Januari 2020 (cetakan  XXXIII), cetakan I Februari 2018

Tebal: vii + 246 hlm


Blurb:

Manson melontarkan argumen bahwa manusia tak sempurna dan terbatas. Begini tulisnya, "tidak semua orang biasa -ada para pemenang dan pecundang di masyarakat, dan beberapa di antaranya tidak adil dan bukan akibat kesalahan Anda." Manson mengajak kita untuk mengerti batasan-batasan diri dan menerima dan menerimanya-baginya, inilah sumber kekuatan yang paling nyata. Tepat saat kita mampu mengakrabi ketakutan, kegagalan, dan ketidakpastian- tepat saat kita berhenti melarikan diri dan mengelak, dan mulai menghadapi kenyataan-kenyataan yang menyakitkan- saat itulah kita mulai menemukan keberanian dan kepercayaan diri yang selama ini kita cari sekuat tenaga.

"Dalam hidup ini, kita hanya punya kepedulian dalam jumlah yang terbatas. Makanya, Anda harus bijaksana dalam menentukan kepedulian Anda."  Manson menciptakan momen perbincangan yang serius dan mendalam dibungkus dengan cerita-cerita yang menghibur dan "kekinian" serta humor yang cadas. Buku ini merupakan tamparan di wajah yang menyegarkan untuk kita semua, supaya kita bisa mulai menjalani kehidupan yang lebih memuaskan, dan apa adanya.

Mark Manson adalah seorang bloger kenamaan dengan berjuta-juta pembaca. Ia tinggal di New York. Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat adalah buku pertamanya.

    ***

Berawal dari dimulainya pandemi lebih dari setahun lalu, saat begitu banyak waktu di rumah. Waktu-waktu luangku kemudian membawaku berselancar lebih banyak di media sosial, entah Facebook, Instagram, atau Youtube. Dan buku berwarna oranye nggenjreng ini dengan judul yang sangat provokatif untuk menarik perhatian dan bikin orang penasaran tentang isinya, termasuk aku, seolah berseliweran di media sosial yang aku buka. Kan, jadi penasaran aku tuh.  Aku jarang masukin wishlist buku jika aku nggak benar-benar tertarik. Tetapi buku ini seperti menghantuiku terus. Pokoknya aku kudu baca buku ini, syukur-syukur bisa beli. Awal pandemi, di mana kondisi terasa sulit dan di luar rencana, overthinking yang semakin sering muncul, rasanya butuh asupan dan pencerahan, salah satunya melalui bacaan. Buku ini terasa menjadi sebuah pilihan tepat, saat membaca judulnya.

Singkat cerita, terbeli jugalah buku Mark Manson ini. Bahkan langsung sekalian dengan buku selanjutnya yang warna biru muda, Segala-galanya Ambyar. Next, akan kuulas juga buku kedua Mark Manson.


Aku yang biasanya hobi baca buku fiksi romance, harus berjuang untuk menyelesaikan membaca buku self improvement ini. Sebenarnya, aku pun sudah menyelesaikannya tahun lalu. Entah kenapa, saat mau mereview , beban banget. Akhirnya, baru sekarang deh, bisa bikin review.

Menarik memang judul buku ini Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat. Pendekatan yang Waras demi menjalani hidup yang baik. 

Ada 9 bab dalam buku ini, masing-masing terdiri dari beberapa sub bab:

Bab 1 : Jangan Berusaha

Bab 2 : Kebahagiaan Itu Masalah

Bab 3 : Anda Tidak Istimewa

Bab 4 : Nilai Penderitaan

Bab 5 : Anda Selalu Memilih

Bab 6: Anda Keliru tentang Semua Hal (Tapi, Saya Pun Begitu)

Bab 7: Kegagalan adalah Jalan untuk Maju

Bab 8: Pentingnya Berkata Tidak

Bab 9: ...Dan Kemudian Anda Mati

Di awali dengan bab 1 Jangan Berusaha, Manson bercerita tentang kisah Charles Bukowski, seorang pecandu alkohol, senang main perempuan, penjudi kronis, kasar, kikir, tukang utang, seorang penyair. Ia bercita-cita menjadi penulis. Namun karyanya selalu ditolak. Sehari-hari ia bekerja sebagai penyortir surat di sebuah kantor pos. Tiga puluh tahun berjalan, hingga usianya 50 tahun. Seorang editor menaruh ketertarikan terhadapnya dan memberi kesempatan. Bukowski menulis novel pertamanya dalam waktu 3 minggu. Kelak ia mencatatkan diri sebagai penulis novel dan puisi yang sukses. Di batu nisannya, tertulis: "Jangan berusaha." Bukowski sama sekali masa bodoh dengan kesuksesan

Menurut Manson, sekarang letak masalah adalah masyarakat saat ini lewat budaya konsumen dan media sosial telah melahirkan generasi manusia yang percaya bahwa memiliki pengalaman-pengalaman negatif -rasa cemas, takut, bersalah dan lain-lain- sangat tidak baik. Lingkaran setan seolah telah mewabah sehingga membuat banyak dari antara kita  terlalu tertekan, terlalu gusar dan terlalu membenci diri sendiri. 

"Inilah mengapa, Bersikap masa bodoh adalah kuncinya. Inilah alasan mengapa itu akan menyelamatkan dunia. Dan kuncinya adalah jika kita bisa menerima bahwa dunia ini benar-benar keparat dan itu tidak apa-apa, karena memang seperti itu, dan akan seperti itu." (hlm. 9)


Di halaman 16-22, Manson menulis arti masa bodoh di sini. Ada 3 "seni" masa bodoh:

Seni #1: Masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh; masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda

Seni #2: Untuk bisa mengatakan "bodo amat" pada kesulitan, pertama-tama Anda harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan.

Seni #3: Entah disadari atau tidak, Anda selalu memilih sesuatu hal untuk diperhatikan. 

Jadi, Mark Ngomong-Ngomong Apa inti Buku ini? (Hlm.23) 

Buku ini akan membantu Anda berpikir sedikit lebih jelas untuk memilih mana yang penting dalam kehidupan dan mana yang sebaliknya.

Cuek dan masa bodoh adalah cara yang sederhana untuk mengarahkan kembali ekspetasi hidup kita dan memilih apa yang penting dan apa yang tidak. 

"Buku ini tidak akan mengajari Anda bagaimana cara mendapat atau mencapai sesuatu, namun lebih pada bagaimana Anda berlapang dada dan membiarkan sesuatu pergi. Ini akan mengajari Anda untuk membuat inventaris kehidupan Anda dan menyortir hal-hal yang paling penting saja. Ini juga akan mengajari Anda memejamkan mata dan percaya bahwa Anda bisa menjatuhkan diri ke belakang dan tetap baik-baik saja."

Mark Manson juga memberikan contoh-contoh kasus yang relate dalam setiap babnya. Termasuk kisah dari tokoh-tokoh terkenal juga kisah hidupnya sendiri. Kisah-kisah yang disajikan sangat menghibur, kekinian serta humor yang cadas di dalamnya bisa menyadarkan  akan prioritas-prioritas kita sendiri.

Mungkin sebelum membaca buku ini, kita berharap akan mendapatkan pembenaran atas sikap masa bodoh versi kita. Tetapi mungkin kita justru banyak tertampar dengan uraian Manson. 

Aku sendiri butuh waktu beberapa hari untuk menyelesaikan buku ini. Aku perlu sesekali mengambil jeda untuk memahami maksud Manson. Atau berhenti ketika selesai beberapa bab, untuk dilanjutkan di hari lain. 

Buatku sendiri, yang sering overthinking, buku ini benar-benar memberi pencerahan. Terutama tentang bagaimana untuk memilih prioritas dalam hidup ini. 

Ohya, tentang penulisnya, seorang bloger dengan jutaan pembaca. Saat ramai rekomendasi buku ini beredar, aku tidak menyangka jika buku laris ini adalah buku pertamanya. Melihat berapa kali buku ini dicetak ulang selama kurun waktu 2 tahun, tentu saja buku ini layak dibaca oleh siapa pun. Entah buat yang sudah terbiasa membaca buku genre semacam ini atau untuk mereka yang biasa baca buku fiksi (kayak aku).

Jadi, buruan ya, segera baca buku ini!


Komentar