Review Buku: Hujan karya Tere Liye

review buku hujan karya tere liye

 Judul Buku: Hujan

Penulis: Tere Liye

Penerbit:PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: Januari, 2016

Tebal: 320 hlm

Novel bergenre science-fiction dengan kisah romantis  ini bercerita tentang cinta, persahabatan, perpisahan, melupakan dan tentu saja tentang hujan itu sendiri. Cerita  berawal dari Elijah -seorang paramedis yang menangani Lail untuk melakukan operasi menghapuskan memori ingatan. 

"Aku ingin melupakan hujan" (hlm. 9)

Untuk memilah ingatan-ingatan yang ingin dihapuskan, Lail pun mulai bercerita awal kejadian ia bertemu dengan Esok, hingga kisah-kisah mereka selanjutnya. Bencana gunung meletus membuat Lail, gadis 13 tahun, menjadi yatim piatu. Sekaligus mempertemukannya dengan lelaki yang dua tahun lebih tua darinya. Lelaki itu juga kehilangan 4 orang kakaknya, beruntung ibunya masih bisa diselamatkan. Sejak hari itu, Esok menjadi orang yang penting bagi Lail.

Sebenarnya, momen-momen pertemuan Lail dan Esok tidak terlalu banyak, obrolan di antara mereka pun tidak terlalu mendominasi cerita ini. Namun setiap pertemuan mereka meninggalkan kesan mendalam dan sangat membekas, sekaligus menguras emosi. 

Persahabatan dan perjuangan Lail dan Maryam,  keceriaan dan sikap humor Maryam membuat kisah ini semakin menarik dan berwarna. Begitu pula keluarga Wali Kota, termasuk putrinya Claudia yang kelak akan membawa Lail pada kegelisahan hati akan perasaannya pada Esok sekaligus menjadi alasan ia akan melupakan hujan.
Esok, yang juga dikenal sebagai Soke Bahtera, seorang yang cerdas, ilmuwan yang terlibat dalam proyek pembuatan "kapal"penyelamatan. Hanya 4 kapal yang diciptakan di seluruh dunia, masing-masing hanya  memuat sepuluh ribu orang yang dipilih secara acak oleh mesin. Esok mempunyai 2 tiket untuk ikut dalam kapal itu.

Mengetahui dirinya tidak dipilih oleh Esok, membuat Lail ingin melupakan semua kenangannya. Melupakan hujan. Ia tidak takut melewati musim panas ekstrem. Ia lebih takut melewati musim semi yang indah tanpa Esok bersamanya. Lalu untuk siapakah Esok memberikan tiket itu?

"Tetapi sesungguhnya, bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan." (hlm. 308)

Cerita ini beralur maju dan mundur untuk mengisahkan kejadian-kejadian yang dialami Lail. Tere Liye membawa kita dalam dunia dengan teknologi yang canggih, di tahun 2042. Bencana alam serta perubahan iklim lingkungan yang berdampak pada kehidupan di seluruh bumi mewarnai cerita ini. Imajinasi kita dibawa pada kecanggihan alat-alat dengan sensor digital di masa itu, seperti:  mobil terbang tanpa sopir,  layar yang ditanam di lengan, pemindai saraf. dan sebuah "kapal" yang akan membawa manusia berlayar meninggalkan bumi ketika terjadi bencana agar spesies manusia tidak punah.

Tokoh-tokoh dalam cerita ini tidak terlalu banyak, dan masing-masing mendapat porsi yang pas menurutku. Novel  romantis ini  ringan dibaca meskipun cukup tebal. Ceritanya juga mengalir. Tiap lembarnya membuat kita ingin terus membaca kelanjutannya. 

Ohya, membaca novel ini, sebagian mengingatkanku tentang  film 2012 yang juga bercerita tentang bencana alam,  kiamat yang melanda dunia sehingga  ada proyek membangun kapal besar untuk menyelamatkan spesies manusia di bumi.

 


Komentar