Berbagi Pengalaman Vaksinasi Covid-19



Aku pengin berbagi pengalamanku  vaksinasi Covid-19. Pada bulan Maret ini, aku sudah mendapatkan vaksin dosis 1 (tanggal 13 Maret) dan dosis 2 (tanggal 27 Maret). Jadi, sudah lengkap vaksin Covid ku.

Beberapa bulan lalu, ketika kabar akan diberikan vaksin Covid untuk masyarakat di Indonesia, aku sempat membayangkan bakalan dapat antri  lama karena ada beberapa profesi dan jabatan yang lebih diprioritaskan.

Sebagai guru Paud, informasi aku dapatkan dari organisasi yang menaungi Paud. Jujur saja, awalnya ada banyak keraguan dari kami. Entah karena kuatir karena kita punya sakit tertentu (asma, vertigo, dll), kuatir efek sampingnya karena vaksin baru.... dan yang paling menggelikan karena diam-diam ada yang takut disuntik. Ealaaah....

Namun dengan berbekal tanya-tanya informasi terutama ke kenalan tenaga medis. Kita diyakinkan bahwa setelah proses pendaftaran, sebelum dilakukan vaksinasi pasti ada proses screening lebih dulu. Untuk menentukan lolos tidaknya kita divaksin.  Keinginan kuat untuk segera melalukan pembelajaran tatap muka serta untuk kepentingan bersama maka kami semangat untuk mendaftarkan vaksinasi. 

Pertengahan Februari, mulai dari mendaftar link yang disediakan oleh kabupaten. Saling berbagi info setiap selesai cek update melalui link pedulilindungi. Bernafas lega setiap ada tanda-tanda 'peningkatan status' dari proses pendaftaran kami. Mulai dari status "siap vakisinasi" lalu ada yang mendapat e-tiket. Ohya, ada pula yang beberapa kali sempat mengganti pilihan Faskes untuk tempat vaksinasi. Alasannya juga macam-macam, ada yang karena mencari jarak terdekat dari rumah, "Biar kalo ada apa-apa karena efek samping vaksin, bisa deket dengan rumah."  Ada pula yang cari di mana yang temennya banyak biar bisa barengan. Duuh, emang begitulah kita saking kompaknya. Hahaha....

Awal-awal Maret, sempat ada pula pendataan vaksin bagi guru melalui kerjasama dengan Puskesmas sesuai alamat lingkungan kerja. Mulai ada kabar tentang jadwal vaksinasi di Puskesmas sekitar juga. 

Sabtu itu, kami masuk semua untuk koordinasi  Puskesmas di lingkungan kerja menginformasikan adanya vaksinasi untuk guru -dengan kuota terbatas- bagi yang sudah mendaftar di link kabupaten. Banyak yang sempat ragu-ragu karena berbeda dengan faskes yang didaftarkan sebelumnya, serta ada yang rumahnya jauh. Yang jelas, belum menyiapkan mental menghadapi jarum suntik semendadak itu.

Namun sekali lagi, dengan semangat kebersamaan dan saling meyakinkan, tanpa persiapan apa apa, kami pun mendatangi lokasi sesuai info dengan membawa fotokopi KTP. Deg-degan? Tentu saja, membayangkan proses apa saja harus dilalui. Lolos atau enggak untuk vaksin?

Untuk vaksinasi dosis 1, kami mengikuti proses: pendaftaraan, screening berupa cek suhu, tekanan darah, gula darah.... dan ukur lingkar pinggang (seperti mau ukur baju, ya?). Ohya, untuk prosedur ini, mungkin ada yang berbeda dengan tempat lain ya.  Nah, di tahap ini, ada kemungkinan tidak lolos divaksin jika tensi melebihi syarat (lebih dari 180 mmHg), sehingga dilakukan penundaan. Penundaan bisa ditunggu setelah 30 menit lagi atau harus mengatur jadwal kembali jika kondisi sudah memenuhi syarat.

Jika lolos di tahap cek-cek tadi, lanjut proses 'wawancara' oleh petugas medis tentang riwayat sakit yang kita punya,  pernah kena covid atau enggak. Setelah memenuhi syarat, kita dibolehkan untuk vaksin alias disuntik. 

Hmm, kapan ya terakhir kali aku disuntik? Mungkin 13 tahun lalu saat demam berdarah. Sejak dulu, aku nggak ada masalah dengan jarum suntik.

Jadi, saat disuntik vaksin Covid ini, buatku masih wajar sakitnya. Hehehe. Prosesnya juga cukup cepat. Begitu selesai, kami dapat kartu bukti untuk dibawa saat vaksin dosis 2. Legaa, tahap 1 terlewati..

Hmm, efek sampingnya? Yang jelas tangan yang abis disuntik terasa "kemeng-kemeng". Beberapa hari sempat nggak ilang-ilang.  Ada juga yang ngerasa demam dan pusing malamnya.  Trus yang hampir dirasakan semua yaitu jadi gampang ngantuk dan nafsu makan tinggi. Hahaha... 

Selama masa menunggu vaksinasi 2 ini, kita tetap harus jaga kondisi dan tetap menerapkan protokoler kesehatan. Karena setelah divaksin, kondisi kita sebenarnya sedang rentan. Bisa jadi jika kita lengah, maka dengan mudah kita bisa tertular virus atau sakit lain.

Dua minggu kemudian, vaksinasi dosis 2 kita lakukan kembali. Cukup bawa KTP dan kartu vaksin sebelumnya. Prosesnya juga lebih cepat. 

Pada dosis 2 ini, suntikan yang aku terima lebih terasa "nancep". Tapi ini tergantung tenaga medis yang menyuntik juga sih. Karena teman lain, justru nggak merasa apa-apa saat disuntik. Nggak sesakit dulu. 

Untuk efeknya, di tahap 2, aku hanya merasakan tangan "kemeng-kemeng", mungkin cuma sehari.

Begitulah, pengalamanku saat vaksin Covid kemarin. Bagaimana pun juga, aku bersyukur karena para guru mendapat prioritas juga dan dikoordinasi dengan baik oleh pihak-pihak terkait. 

 

Harapanku, semoga dengan adanya vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah, pandemi Covid-19 berangsur hilang dan keadaan semakin membaik. Untuk kami sebagai guru, semoga pembelajaran tatap muka segera bisa dilakukan.

Dan yang harus diingat, meskipun kita sudah divaksin, kita nggak boleh seenaknya mengabaikan protokoler kesehatan, lho. Demi keselamatan dan kebaikan semua, tetap lah selalu mengikuti protokoler kesehatan di mana pun dan kapan pun kita berada. 





 

Komentar