Terimakasih Laptop Asus Mungilku Telah Setia Bersamaku

 




 Kamu pernah punya benda yang awet sekali kamu pakai? 

Aku termasuk orang yang hanya mempunyai sedikit barang terutama dengan fungsi sama. Bahkan hanya punya satu barang tertentu, seperti: laptop, hp, jam tangan, tas kerja.

 

Aku biasanya menggunakan barang tersebut hingga benar-benar tak bisa dipakai. Jika rusak dan masih bisa diperbaiki, maka aku memilih untuk benerin dulu. 

Awalnya aku mikir, aneh nggak sih sifatku? Belakangan, aku mulai paham sifat-sifatku ini. Setelah banyak membaca tentang hidup minimalis, hidup minim sampah juga istilah you only need one (YONO). Selain karena untuk berhemat dan menyadari kondisi keuanganku, aku memilih untuk membeli barang-barang lebih karena fungsinya, sesuai dengan kebutuhanku.


"Tentu saja, saya tahu sebagian orang sulit memercayai bahwa benda mati dapat merespon emosi manusia dan mungkin kejadian itu adalah kebetulan belaka. "(Marie Kondo)

Nah, kali ini aku mau cerita tentang salah satu barang kesayanganku yang awet dan menunjang kerjaku. Laptop.

Jika 20 tahun lalu, kita masih menggunakan komputer atau pergi ke rental untuk mengerjakan tugas yang butuh diketik. Perkembangan teknologi terus melaju. 


Sekarang, laptop seolah menjadi barang wajib yang harus dipunyai bagi yang punya anak sekolah, mahasiswa, akademisi, pekerja kantor, dll. 

Tahun 2012, tepatnya bulan November, aku mendapat pelangkah dari adekku yang menikah mendahuluiku. Notebook Asus Model 1025C.

Laptop mungil berwarna coklat yang langsung membuatku jatuh cinta. Laptop ini seolah tepat buatku. Mengingat posturku yang kurus, jika setiap kerja harus membawa laptop ini, tentu nggak memberatkanku.

Sudah sembilan tahun laptop ini menemaniku. Mendukung kinerjaku sebagai kepala lembaga TPA (Taman Pengasuhan Anak) atau daycare. 

Asusku ini sudah membantuku dalam mengerjakan BOP, perpanjangan ijin lembaga bahkan aku bawa kemana-mana saat bimbingan akreditasi hingga visitasi, juga dalam mengerjakan tugas-tugas administrasi. Jangan salah ya, di Paud, administrasi pun harus tertib dan dipantau oleh dinas pendidikan.

Untuk urusan hobby, Asusku ini jadi mediaku untuk menulis entah untuk kukirim dalam lomba-lomba, ikut penulisan buku antologi (sekitar 11 buku antologi sampai saat ini), dan tentu saja dalam menumbuhkan konsistensiku dalam nge-blog. 

Sepanjang bersamaku, hampir tidak pernah mogok laptopku ini. Aku lupa mungkin, ketika belum ada tahun kelima, tiba-tiba baterai bermasalah saat kucharge. Laptop sama sekali langsung tidak bisa dicharge. Mungkin kecerobohanku saat mencharge, sehingga bermasalah dengan kabelnya. Semacam korsleting. Perkiraanku sih, karena kabelku digigit tikus, hahaha. Emang kok, tikus di rumah nggak ada akhlak. Jadi begitulah, baterai laptop tidak melalui proses ngedrop dulu, tapi langsung nggak bisa dicharge. 

Saat itu, aku berpikir, karena masih ada charger, sepertinya nggak perlu beli baterai baru dulu. Selain karena belum ada dana, juga penggunaan laptop hanya di seputar rumah dan kantor. Jadi, masih amanlah dengan membawa charger kemana-mana.

Eh, sampai sekarang, aku belum juga mengganti baterai laptop. Untuk chargernya sendiri, aku sudah ganti mungkin sekitar 3-4 kali, dengan kasus kabel yang tertekuk-tekuk jadi mungkin  ada yang patah-patah di dalamnya. Untuk penyimpanan charger, biasanya aku tekuk rapi. Sepertinya ini justru yang jadi masalah. Hahaha

Menurutku, benda-benda milik kita yang diperlakukan dengan baik, pasti akan mendukung kinerja kita dengan baik pula. Seperti kata Marie Kondo, benda mati pun memiliki emosi. Aku bahkan sering menganggap setiap benda itu "bernyawa." 

"Benda-benda yang dikasihi pemiliknya dan diperlakukan dengan penuh perhatian niscaya tampak lebih hidup dan dan memancarkan aura ingin berjasa bagi si pemilik. Benda-benda yang dirawat baik-baik dan disyukuri, nisacaya tampak berkilauan." (Marie Kondo)

Jadi, aku cuma mau bilang, terimakasih Laptop Asus mungilku. Jangan lelah dan jangan bosen menemaniku.



Komentar