Sebagai orang yang suka membaca, mata merupakan bagian tubuh yang sangat penting buatku. Jujur, aku bukan orang yang senang memakai macam-macam aksesoris termasuk kaca mata.
Aku bersyukur karena tidak ada riwayat genetik berkaitan dengan mata di keluargaku. Bapak yang hobi membaca pun, mulai menggunakan bantuan kaca mata untuk mata minus setelah usianya 50 tahun ke atas.
Aku hampir tidak pernah ke dokter mata. Hanya sekali ketika dulu merasa mataku bintitan dan seperti bernanah. Kata dokter, hanya iritasi mungkin karena debu di jalan. Aku pun tidak pernah cek mata kecuali sekali saat test tidak buta warna sebagai syarat masuk Perguruan Tinggi negeri.
Jadi, pengalaman cek mataku sangat minim. Sekitar dua tahun lalu, ada sales sebuah optik yang mengadakan cek mata di tempat kerjaku. Melihat caraku membaca teks yang diberikan, sales itu menanyakan usiaku. Saat itu sekitar 2 atau 3 bulan setelah aku berulang tahun ke-40. Sales itu pun mengatakan, kondisiku wajar untuk usiaku. Mataku mulai plus. Tetapi sepertinya masih belum menguatirkan dan belum perlu kaca mata.
Setelahnya, aku tidak terlalu memikirkan cek mata itu. Aku juga merasa baik-baik saja, tidak ada masalah dalam aktivitas membaca maupun melihat sesuatu dalam jarak dekat atau jauh. Tidak ada perubahan berarti dalam aktivitas membacaku. Begitu yang kurasa. Karena sungguh, aku merasa tidak nyaman menggunakan kaca mata.
Sampai di suatu hari, saat aku sedang bersama seorang teman. Aku membaca sebuah kertas pengumuman. Seingatku, font nya masih standar buatku, mengingat aku biasa membaca novel-novel dengan font kecil.
"Mbak sudah plus ya?"
"Eh, plus apanya Bu?" Aku belum mengerti maksudnya.
"Plus matanya. Itu, bacanya kok dijauhin?"
"Eh, iya... ya?"
Jujur, aku malah nggak menyadari gerakan membacaku itu ternyata menyiratkan sesuatu. Tanda-tanda bahwa mataku sudah bener-bener mulai plus.
Jika, orang lain bisa melihat tanda-tanda itu, maka sudah jelas memang begitu kondisiku.
Cek kondisi mataku beberapa bulan sebelum pandemi.
Dan selama setahun lebih pandemi ini, aktivitasku di depan hp maupun laptop semakin meningkat. Perlahan, mulai menyadari ketika tanganku harus menjauhkan hp atau buku yang sedang kubaca agar terlihat jelas.
Dan, akhirnya aku harus berdamai dengan kondisi mataku. Usia memang tidak bisa menipu ya?
Komentar
Posting Komentar