[Review Buku]: Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer

review buku Bumi Manusia
Bumi Manusia

Bumi Manusia
Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara
Tahun : 2011 (cetakan ke-17)


Novel yang aku review  kali ini merupakan novel  karya sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer, yang ditulis selama ditahan oleh pemerintah Orde Baru di Pulau Buru (tahun 1965-1979). Novel ini juga sudah difilmkan oleh sutradara Hanung Bramantyo, pada tahun 2019 lalu.

Bumi Manusia merupakan bagian pertama dari Roman Tetralogi Buru karya Pram.

Membaca roman sejarah Bumi Manusia, kita dibawa pada masa-masa awal abad ke-20, di mana mulai muncul pergerakan nasional, ketika bangsa ini masih di bawah penjajahan Belanda.

Tokoh-tokoh dalam novel ini mempunyai kekuatan karakter masing-masing.

Minke, pemuda berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia bebas dan merdeka. Minke yang bisa bersekolah di HBS, sekolahan untuk orang-orang Eropa.

Annelies, perempuan Indo yang jatuh cinta pada Minke. Gadis muda, yang kemudian harus ikut membantu ibunya, Nyai Ontosoroh untuk mengelola perusahaan.

Nyai Ontosoroh, perempuan Jawa yang dijual oleh ayahnya, dijadikan istri kedua seorang lelaki Belanda. Nyai Ontosoroh dengan kerja kerasnya, mampu mengelola perusahaan suaminya.

Ada juga, kakak Annelies, Robert Mellema yang tidak akur dengan ibunya. Robert juga menunjukkan ketidaksukaannya pada Minke.

Novel ini tak melulu menceritakan romansa Minke dan Annelies. Namun, menggambarkan bagaimana posisi rakyat sebagai jajahan.

Nyai Ontosoroh tidak mempunyai hak atas perusahaan yang telah dikelolanya. Begitu juga dengan hak atas anaknya.
Minke juga tidak memiliki hak sebagai suami Annelies meskipun mereka telah menikah, sehingga Annelies harus berpisah dengan ibu dan suaminya.

"Putramu tersayang tidak lari, Bunda, bukan kriminil. Biarpun tak mampu membela istri sendiri, menantumu. Sebegini lemah Pribumi di hadapan Eropa?"

"Kita kalah, Ma," bisikku (hlm.534)

"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya." (hlm. 535)

Dari keempat Tetralogi Buru, aku baru membaca Bumi Manusia. Semoga nantinya aku bisa melanjutkan 3 buku lainnya.

Komentar