PUISI PERTAMAKU

 

 Juni, 2003...

Aku masih ingat pagi itu, ketika Pak Pos mengantar sepucuk surat untukku. Surat dari seseorang yang aku nggak  kenal namanya.

That suprised me!

Aku sama sekali nggak nyangka kalau puisi yang aku kirim di tabloid GAUL -sebuah tabloid remaja mingguan- beberapa waktu sebelumnya, ternyata dimuat.

Saat itu, aku nggak berlangganan tabloid remaja itu. Maka aku diantar mbakku tercinta, memulai perjalanan dari satu kios koran dan majalah ke kios lainnya. Berbekal catatan nomor terbit tabloid itu –yang disebut oleh pengirim surat-. Tentu saja tidak mudah, karena ternyata puisiku dimuat di edisi terbaru. Namun sudah hampir berganti dengan edisi berikutnya.

Setelah menanyakan di beberapa kios, dan hasilnya semua penjual bilang, “Sudah habis, Mbak!”

Akhirnya kami menuju sebuah kawasan kios-kios yang menjual berbagai majalah, koran tidak hanya yang baru, tetapi juga yang lama. Kios itu ada di dekat selokan Mataram, sekitar lembah UGM.

Harapanku mulai tumbuh ketika si Ibu penjual mencoba mencarikan tabloid yang aku maksud, di tumpukan tabloid-tabloid yang tidak dipajang.

Jantungku langsung berdegup kencang, saat menerima taboloid dengan nomor seperti yang aku cari. Aku langsung membuka halaman demi halaman untuk mencari rubrik “Puisi”

Ya, di situlah aku menemukan puisiku. Dan namaku. Puisi berjudul “Dari Balik Jendela Kereta” ada di antara beberapa puisi lain yang dimuat. 

 


 

Tau seperti apa perasaanku saat itu? Lebih dari  senang. Berbunga-bunga! Hahaha...

Mungkin itu adalah turning point buatku dalam menumbuhkan hoby menulisku. Yeah, ternyata aku bisa menulis. Setidaknya, menulis puisi yang layak dimuat di sebuah tabloid dan bisa dinikmati orang lain.

Next, akan kutulis lagi tentang cerita-ceritaku yang lain... 

Komentar

Posting Komentar